Gagak Flores atau Corvus florensis adalah salah satu jenis burung gagak langka yang endemik pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Burung yang masih berkerabat dengan Gagak Banggai (Corvus unicolor). Gagak Hutan (C. enca), dan Gagak Kelabu (C. tristis) termasuk burung langka dengan status konservasi Endangered (Terancam). Meskipun langka dan endemik, sayangnya Gagak Flores luput dari daftar burung yang dilindungi di Indonesia.
Gagak Flores menambah daftar burung endemik pulau Flores selain Serindit Flores (Loriculus flosculus), Kehicap Flores (Monarcha sacerdotum), Celepuk Flores (Otus alfredi), dan Perkici Flores (Trichoglossus weberi). Nama latin hewan ini adalah Corvus florensis Büttikofer, 1894. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Flores Crow.
Burung Gagak Flores mempunyai tubuh berukuran panjang sekitar 40 cm. Seluruh bulunya berwarna hitam. Iris mata berwarna gelap. Busur paruhnya berbulu dari pangkal sampai setengah panjangnya.
Suara burung Gagak Flores (Corvus florensis) serupa bunyi “cwaaa”, “cawaraa” atau “waak” tinggi, yang terdengar parau, menurun, dan diulang 1 hingga 3 kali. Juga terkadang suara letupan dan degukan serupa bunyi “pol-ok” atau “burr-ok” yang bergaung. Juga suara saling kontak yang berciut-ciut, parau, dan tenang. Saat mengeluarkan suara panggilan, ekor burung bergerak ke bawah, atau terkadang tubuhnya ditahan horisontal dengan kepala direndahkan dan ekor dirapatkan.
Flores Crow atau Gagak Flores merupakan burung penetap. Hidup secara sendiri, berpasangan, atau terkadang dalam kelompok kecil yang beranggotakan hingga 6 burung. Cenderung pemalu dan tampak selalu waspada.
Merupakan burung endemik dengan daerah sebaran yang terbatas di pulau Flores bagian barat dan Rinca, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Habitatnya hutan primer dan sekunder, kawasan bekas hutan, hutan hujan tropis, hutan semi luruh-daun, hingga kawasan dengan pepohonan yang jarang di dataran rendah hingga ketinggian 950 mdpl. Musim berbiak biasanya antara bulan September hingga Januari. Membuat sarang yang dibentuk dari jalinan ranting. Sarang diletakkan pada pohon dengan ketinggian sarang sampai 12 meter dari permukaan tanah. Dalam sekali berbiak, menghasilkan 2-3 butir telur.
Populasi burung Gagak Flores diperkirakan berkisar antara 600-1700 ekor burung dewasa. Atau setara dengan 1000 hingga 2500 ekor secara keseluruhan. Populasinya diyakini mengalami penurunan. Ancaman terhadap kelestarian burung dari famili Corvidae ini diakibatkan oleh kerusakan dan hilangnya habitat sebagai akibat beralihnya fungsi hutan menjadi daerah pertanian.
Berdasarkan terbatasnya daerah sebaran, penurunan populasi, dan terus terjadinya degradasi habitat, IUCN memasukkan Gagak Flores sebagai spesies Endangered (Terancam) sejak tahun 2000. Sebelumnya (1994) terdaftar sebagai spesies Vulnerable. Sayangnya, meskipun termasuk burung langka, sebagaimana saudara dekatnya Gagak Banggai, Gagak Flores belum terdaftar sebagai burung yang dilindungi di Indonesia.
Klasifikasi Ilmiah Gagak Flores : Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Aves. Ordo: Passeriformes. Famili: Corvidae. Genus: Corvus. Spesies: Corvus florensis Büttikofer, 1894.
Referensi dan gambar : www.iucnredlist.org/details/22705956/0 www.birdlife.org/datazone/speciesfactsheet.php?id=5765 www.kutilang.or.id/burung/konservasi/gagak-flores orientalbirdimages.org/birdimages.php?action=birdspecies&Bird_ID=2345 (gambar burung Gagak Flores)
Baca artikel tentang burung endemik dan langka Indonesia lainnya :
- Gagak Banggai (Corvus unicolor) Burung Langka Endemik Sulawesi
- Ekek Geling Jawa Burung Langka Endemik Jawa Barat
- Elang Flores (Spizaetus floris) Raptor Endemik Paling Terancam
- Celepuk Flores (Otus alfredi) Burung Hantu Endemik Flores
- Elang-alap Halmahera (Accipiter henicogrammus) Endemik Maluku
- Burung Kipasan Ekor-merah (Rhipidura phoenicura) Endemik Jawa
- Serak Taliabu, Burung Hantu Endemik Maluku Utara
wah saya baru tahu kalau ada yang namanya gagak flores, semoga gak punah
perlu dilestarikan gagak flores ini supaya tidak punah
picturenya kurang jelas, jadi ngga terlihat perbedaanya dengan gagak biasa
tapi kalo bisa perlu dilestartikan fauna ini 😀
Gagak seringkali saya jumpai saat saya ke Bali dan mampir ke Pantai Lovina – Singaraja. Eh ternyata sekarang sudah nyampe juga di Flores.
Ini bisa menambah koleksi fauna nusantara juga lho…