Burung gagak (genus Corvus) kerap kali dikaitkan dengan dunia mistik, sihir, dan mitos-mitos yang buruk lainnya. Padahal sejumlah penelitian menunjukkan bahwa burung gagak sejatinya adalah burung yang sangat cerdas. Namun dalam berbagai kebudayaan dan mitologi, stereotip jelek, buruk, dan jahat terlanjur menyertai burung gagak termasuk di Indonesia.
Burung gagak merupakan sekumpulan burung pengicau (Passeriformes) yang dikelompokkan dalam genus Corvus. Di seluruh dunia terdapat hingga 40 spesies burung gagak. Di Indonesia sendiri hidup sekitar 9 spesies. Beberapa diantaranya bahkan merupakan burung endemik Indonesia.
Secara umum burung gagak memiliki ukuran tubuh relatif besar dengan bulu dominan berwarna hitam.
Spesies Gagak di Indonesia
Dari 40-an jenis gagak yang tersebar di seluruh dunia, Indonesia memiliki sedikitnya 9 spesies burung gagak. Jenis-jenis spesies burung gagak asli Indonesia tersebut diantaranya adalah:
- Gagak Hutan atau Slender-billed Crow (Corvus enca), Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, dan Malaysia.
- Gagak Flores atau Flores Crow (Corvus florensis), Endemik Pulau Flores dan Inca, Indonesia.
- Gagak Kepala-coklat atau Brown-headed Crow (Corvus fuscicapillus), Burung endemik Papua, Indonesia.
- Gagak Kampung atau Large-billed Crow (Corvus macrorhynchos), Afghanistan, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Filipina, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam.
- Gagak Orru atau Torresian Crow (Corvus orru), Australia, Indonesia (Maluku, Papua), Papua Nugini.
- Gagak Kelabu atau Grey Crow (Corvus tristis), Indonesia (Papua), Papua Nugini.
- Gagak Sulawesi atau Piping Crow (Corvus typicus), Endemik Sulawesi, Indonesia.
- Gagak Banggai atau Banggai Crow (Corvus unicolor), Endemik Indonesia (Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah).
- Gagak Halmahera atau Long-billed Crow (Corvus validus), Indonesia (Pulau Morotai, Halmahera, Kayoa, Kasiruta, Bacan dan Obi).
Beberapa jenis burung gagak di Indonesia mulai langka dan terancam punah. Burung gagak yang mulai langka diantaranya adalah Gagak Banggai yang berstatuskan Critically Endangered dan Gagak Flores (Endangered).
Antara Mitos Hitam dan Kecerdasan Gagak
Di Indonesia, burung gagak kerap digambarkan sebagai burung pembawa berita buruk atau pertanda kesulitan yang bakal timbul. Bahkan kehadiran burung gagak sering dikaitkan dengan akan adanya kematian. Di Eropa burung gagak dianggap burung peliharaan penyihir.
Di dalam Al Quran juga disebutkan salah satu kisah yang melibatkan burung gagak. Allah dengan perantara burung gagak telah mengajari Qobil (anak Nabi Adam) untuk mengubur mayat saudaranya setelah membunuhnya. Kisah ini, mungkin, yang ikut mengenalkan gagak sebagai hewan berhubungan erat dengan kematian. Padahal, sejumlah ulama menafsirkannya bahwa gagak memiliki kecerdasan yang tinggi sehingga menjadi perantara sebagai pengajar bagi manusia.
Dan ternayata kecerdasan burung gagak ini kemudian terbukti secara ilmiah. Maurice Burton dan Robert Burton pada tahun 2002 mempublish hasil penelitian berjudul “Crow” dalam The International Wildlife Encyclopedia, Volume 10. Penelitian tersebut membuktikan bahwa burung gagak mempunyai tingkat kecerdasan tertinggi di antara para burung. Penelitian serupa dilakukan oleh Bernd Heinrich dan Thomas Bugnyar dari Vermont University (Kanada) dan St Andrews University (Skotlandia) yang dipublikasikan oleh Majalah American Scientific. Burung gagak mampu menggunakan logika untuk memecahkan masalah dan beberapa kemampuan mereka bahkan melampaui dari kera besar.
Beberapa bukti kecerdasan burung gagak yang diuji lewat berbagai studi diantaranya adalah:
- Gagak sukses mengambil makanan di dalam tabung dengan menggunakan semacam kawat seperti kail.
- Gagak dihadapkan pada makanan mengapung di atas air dalam tabung panjang, ternyata gagak mampu menjatuhkan kerikil-kerikil kecil dalam tabung sehingga membuat ketinggian air dalam botol meningkat dan akhirnya paruhnya mampu mencapai makanan itu.
- Empat ekor burung gagak mampu bekerja sama dan melakukan strategi untuk menjebak dan menangkap mangsa. Di mana dua dari gagak akan terbang rendah untuk memblokir rute melarikan diri mangsa, sementara yang lain menyerang mangsa dari belakang.
- Burung gagak mampu cepat beradaptasi terhadap perubahan daerah yang sangat ekstrim, semisal dari padang pasir ke pegunungan.
Thomas Bugnyar, seorang ahli biologi di Universitas Wina (Austria) mengatakan bahwa kemampuan burung gagak memiliki kemampuan kognitif setara dengan anak usia 2 tahun.
Setelah membaca tingkat kecerdasan burung gagak yang diungkap oleh berbagai penelitian dan ahli tersebut, sekarang tinggal kita pilih. Tetap meyakini mitos-mitos negatif seputar burung gagak atau mengakuinya sebagai salah satu hewan tercedas!
Klasifikasi Ilmiah Burung Gagak. Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Aves. Ordo: Passeriformes. Famili: Corvidae. Genus: Corvus. Spesies: (lihat artikel).
Referensi dan gambar : id.wikipedia.org/wiki/Gagak www.iucnredlist.org books.google.co.id/books?id=ojMQP6aWW6sC&pg=PA610&hl=id#v=onepage&q&f=false Gambar : orientalbirdimages.org
Baca artikel tentang burung Indonesia lainnya:
- 54 Jenis Burung Hantu di Indonesia
- Wiwik Kelabu (Kedasih) Burung Parasit Burung Kematian
- Kumpulan Gambar Burung Kenari Terbaik
- Gambar Jenis Burung Pelatuk Indonesia
- Download Suara Kicau Burung Kenari (Serinus Canaria)
- Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) Burung Rajawali
- Gagak Banggai (Corvus unicolor) Burung Langka Endemik Sulawesi
Waktu kecil kalo burung gagak berbunyi akan ada yang meninggal, begitu kata orang2 tua.
Sekarang sih gak percaya.
Di kampung komodo, gagak sudah jadi teman akrab masyarakat sekitar. Dan hubungan mereka simbiosis mutualisme. Tak ada mitos yang aneh-aneh. Dan dengan adanya penelitian ilmiah yang menguatkan seperti itu, semoga dapat mengikis hal tabu yang dibawa oleh gagak hitam ini.
Nice info, kak
Mf tanya,,,kr2 sekarang disana mash banyak g ya???
boleh untuk piaraan ndak ya gan? kayaknya keren tuh :D.. salam kenal..