Tomcat, Semut Kayap, atau Semut Semai

Tomcat. Saya lebih suka menyebutnya Semut Kayap atau Semut Semai bikin geger Indonesia. Sampai seorang teman (yang juga senior) saya yang pencinta alam mengirimi SMS; mbok dibikin artikel tentang tomcat biar orang-orang gak panik.

Wajar jika teman saya menulis SMS seperti itu. Memang Tomcat, Semut Semai, Semut Kayap sebenarnya bukan hewan baru. ‘Serangan’ tomcat, atau semut kayap yang membuat sekujur tubuh melepuh pun sudah jamak terjadi di sekitar kita, utamanya di daerah pertanian.

Tomcat atau disebut juga sebagai semut kayap, semut semai, kumbang rove merupakan serangga dari famili Staphylinidae yang mempunyai nama latin Paederus littoralis. Ciri utamanya adalah tubuhnya yang kecil memanjang berukuran antara 1 hingga 35 mm. Bagian atas badan tomcat berwarna kuning gelap, bawah abdomen (perut) dan kepala berwarna gelap.

Tomcat (Paederusl ittoralis)

Tomcat (Paederusl ittoralis), Semut Semai, atau Semut Kayap

Di seluruh dunia terdapat 600 spesies sejenis tomcat (Paederus littoralis). Binatang ini bersifat kosmopolitan (berada dimana-mana) dan sangat menyukai daerah lembab dan tanaman, seperti padi, jagung, dan semak-semak.

Apabila merasa terganggu atau terancam, maka kumbang yang mirip semut ini akan menaikkan bagian abdomen untuk menakut-nakuti musuhnya. Tomcat tidak mengigit ataupun menyengat namun saat terancam akan mengeluarkan cairan racun yang disebut ‘paederin’ (C24H43O9N).

Racun inilah yang dapat membuat dermatitis (radang kulit yang disertai rasa gatal) dan terasa panas. Setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit dengan sekitar berwarna merah yang menyerupai bekas akibat terkena air panas atau luka bakar. Dermatitis dapat terjadi akibat kontak langsung maupun tidak langsung seperti melalui baju maupun barang lain yang tercemar racun paederin.

Bukan Hal Baru. Dermatitis akibat racun paederin dari tomcat, semut kayap, semut semai, kumbang rove, atau Paederus littoralis, bukan hal yang baru. Sejak bertahun yang lalu, saya yang tinggal di daerah pedesaan kerap menyaksikannya. Biasanya hal itu terjadi saat musim panen padi. Umumnya, penduduk mengangapnya sebagai terkena ‘upas banyu’ (racun air). Meskipun intensitasnya (banyak korban) tidak sebesar yang terjadi di Surabaya saat ini.

Kenapa di Surabaya serangan tomcat mampu membuat puluhan orang mengalami dermatitis dalam waktu yang nyaris bersamaan?. Dari aspek ekologi, serangan tomcat atau semut semai tersebut pasti diakibatkan oleh kerusakan alam yakni kondisi lingkungan (ekosistem) yang tidak seimbang. Bisa jadi lantaran habitatnya yang rusak sehingga tomcat ‘bermigrasi’ ke habitat manusia. Bisa juga lantaran terganggunya rantai makanan, dengan makin sedikitnya predator tomcat seperti tokek, burung, dan berbagai jenis unggas lainnya akibat sering diburu, populasi tomcat jadi meledak.

Jika kemarin ulat bulu telah memberi pesan kepada kita semua. Kini tomcat, semut semai, kumbang rove, ataupun semut kayap, ikut mengingatkan kita, para khalifah di bumi, kembali; alam butuh keseimbangan.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Arthropoda; Kelas: Insecta; Ordo: Coleoptera; Famili: Staphylinidae; Genus: Paederus; Spesies: Paederus littoralis.

Referensi dan gambar:

Baca artikel tentang hewan dan lingkungan hidup lainnya:

Tentang alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di satwa dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

31 Balasan ke Tomcat, Semut Kayap, atau Semut Semai

  1. Sugeng berkata:

    Mas, kalau di daerahku itu disebut Jelantir, dan itu sudah hal biasa yang ada di daerah pedesaan. Herannya, mereka (orang kota) koq ribut dan spaneng begitu melihat hewan itu. Di daerahku juga ada (maklum pedesaan dan dekat sawah) dan celakanya diketahui wartawan. Besoknya ditulis besar2, “Serangan tomcat sudah sampai Tabanan”. Koplak wartawan e !!.

    Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan

  2. irmarahadian berkata:

    salam kenal y pak…

  3. makasih pa atas infonya…..
    salam kenal pak…

  4. tuxlin berkata:

    Kalo ditempat saya sih jarang si tomcat, hehehehe

  5. abifasya berkata:

    ulasan yang luar biasa mas alam, jadi gak perlu takut ya ?

  6. bner bnget gan gara2 diberita heboh orang2 jdi pnik gitu..

  7. bundamahes berkata:

    tombol like-nya mana iniiiii?!
    lha gimana nggak mo diserang lha wong habitatnya dijadiin apartemen?! 👿

  8. Iwan berkata:

    Kalau di kampung saya gak ada tuh semut macam itu.
    Salam

  9. kalo di jawa tengah ke timur ada yang bilang kena “dampa” atau “dompo” … pemberitaan sekarang makin lebay emang neh

  10. Ping balik: Tomcat tak perlu Ditakuti « Triyanto Banyumasan Blogs

  11. vie_tree berkata:

    aku memang orang kota asli, dan gak tau tentang tomcat. jadi wajar saya ya… bagiku yg orang kota juga ngerasa takut karena baru pertama kali mengetahui tentang serangga ini. Tapi setelah diselidiki dan ternyata hewan tomcat ini sudah ada daridulu, aku jadi sedikit lega dan gak terlalu takut.

  12. Ping balik: Semut Rangrang Sang Pengendali Hama Alami | Alamendah's Blog

  13. ace maxs berkata:

    terimakasih atas postingfnnya..
    maaf saya mau tanya, apa dmpak yang terjadi jikaa terkena tomket dan bagaimana cara untuk pencegahannya?
    terimakasih 😉

Tulis Komentar Sobat

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.