Banjir mengepung rumahku sejak tadi pagi. Banjir yang diakibatkan oleh limpasan Sungai Juwana ini sejak kemarin sore telah mengancam jalan di samping kiri rumahku dan terus beranjak naik. Hingga sore ini, sang banjir telah menguasai halaman belakang, samping kiri, dan 2/3 halaman depan rumahku.
Desaku, Kalimulyo Kecamatan Jakenan, Pati, memang hanya berjarak 1,5 km dari Sungai Juwana. Sungai terbesar di Kabupaten Pati ini tiap tahun selalu meluap dan membanjiri puluhan desa di lima kecamatan yang dilaluinya.
Tahun 2011 ini, sungai Juwana kembali meluap dan membanjiri lebih dari 26 desa yang berada di sepanjang alirannya. Mulai dari desa Bumirejo, Kedungpancing, Jepuro, Doropayung, Sejomulyo, Tluwah, Mintomulyo, dan Gadingrejo di Kecamatan Juwana. Desa Karangrowo, Ngastorejo, Tondomulyo, Bungasrejo, Kedungmulyo, dan Kalimulyo (Jakenan). Desa Mustokoharjo, Gajahmati (Kecamatan Pati).
Banjir juga melanda desa Mintobasuki, Banjarsari, Tanjang, Kosekan, Babalan, Pantirejo, dan Wuwur (Gabus), Desa Mustokoharjo dan Gajahmati (Kecamatan Pati), Pasuruhan, dan Srikaton (Kayen), dan Kasiyan (Sukolilo).
Banjir yang melanda desaku tahun ini memang tidak terlalu parah dengan tidak lebih dari 1/3 wilayahnya yang tergenang banjir dengan kedalaman sekitar 50 cm di beberapa lokasi. Banjir yang ‘menyerang’ pekarangan rumahku, tidak lebih dari 5 cm dalamnya. Namun di beberapa desa lain terutama yang dekat dengan sungai Juwana banjir mencapai ketinggian dada orang dewasa.
Meskipun demikian, banjir selalu membuat repot. Apalagi dengan cuaca yang masih mendung. Dan jika hujan kembali turun, tidak menutup kemungkinan banjir akan semakin dalam. Tentunya bukan hanya rumahku saja yang terancam.
Banjir besar yang pernah kualami di rumahku dan di desaku terakhir terjadi pada tahun 2008 silam. Saat itu, genangan air di dalam rumahku ketinggian air mencapai 30 lebih dan bertahan selama 11 hari. Banjir itu sendiri ‘bertahan’ di desaku, menguasai pekarangan dan jalanan lebih dari 1 bulan. Apalagi jika dihitung penguasaannya di area persawahan, 2 bulan lebih. Akibatnya keluarga saya dan beberapa tetangga terpaksa menginap di masjid kampung.
Ya semoga saja cukup sampai di duapertiga halaman rumahku saja yang dikuasai banjir limpasan Sungai Juwana pada tahun ini. Jangan sampai saya merasakan bantuan mie instan kembali.
**Foto dan gambar banjir yang menyerang pekarangan rumahku kurang maksimal hasilnya lantaran ada gangguan teknis dengan battery kamera digitalku, maaf.
Baca artikel tentang alam lainnya:





Waduh turut berduka cita, moga-moga banjir di pati bisa cepet reda dan bisa teratasi masalahnya
Wis tak bedhek mesti Kali Njuwono… 😀
Wew kena banjir juga rupanya, rumah bapakku juga langganan banjir kalo hujan banyak banget. Eh, hati hati ada ular masuk mas 😛
Mungkin pengaruh imlek kali yak, disini juga hujan terus.
turut berbelasungkawa mas.. semoga cepat surut airnya.. lalu kembali seperti sedia kala 😦
Semoga lekas surut mas ….., dan aktivitas warga sekitar tidak lagi terganggu ….
Aduuuh kalau sebulan lebih banjir ya ngga bisa ngapa-ngapain dong…. hiks
Semoga banjir kali ini cepat surut ya (mendoakan dari jauh)
EM
wah…harus segera ditindak lanjuti ni…apalagi dengan adanya banjir dapat mengancam berbagai macam penyakit.
betul sekali mbak
semoga banjirnya cepat surut pak dan tanamannya nggak mati
Wah, nderek prihatin, mas Alam…..
Semoga segera surut airnya. Banjir seperti di Pati itu apakah karena anomali cuaca atau bagaimana?
Kabarnya kudus juga banjir hebat mas?
Wah …. kebagian banjir juga ya Mas? Moga-moga cepet surut, dan kondisi normal kembali seperti sedia kala …
Semoga juga semua tetap sehat dan bahagia 🙂
alhamdulillah, sampai saat ini saya blom pernah ngalamin banjir masuk rumah & semoga ke depannya jg begitu. Amiin
mudah2an banjir di sana cpt surut
*salam nyasar
Tapi belum perlu dievakuasi ya kang alam.. Semoga cepat membaik kondisinya.
semoga cepat teratasi, sehingga tidak sampai merusak ekosistem alam….
🙂
ikut berduka cita atas musibah banjir yang dialami, semoga pemerintah setempat segera membuat solusi agar tidak terjadi banjir langganan…