Entah kenapa selama ini gak pernah terbesit keinginan untuk menjenguk tempat itu. Tentunya bukan lantaran saat itu, Oktober 1993, aku pernah merayakan ulang tahunku di sana. Meski tanpa lilin, tanpa kue tart, tanpa nyanyian ‘happy birthday’ yang diiringi musik. Hanya dengan nasi putih yang panas mengepul dan gereh goreng, di bawah sepotong kain tenda.
Bukan pula karena saat itu, kami yang terdiri atas satu regu putra dan putri mewakili sekolahku, MTs Negeri Winong, untuk mengikuti Lomba Tingkat III Gerakan Pramuka Kwartir Cabang Kabupaten Pati. Selama 4 hari berkemah di sana dan bersaing dengan regu-regu lain se Kabupaten Pati. Sebuah kebanggaan atas kepercayaan yang dibebankan di pundak kami. Kebanggaan atas kesempatan untuk merasakan Bumi Perkemahan terbaik di Kabupaten Pati.
Bumi Perkemahan Gunung Rowo yang terdapat di sebelah barat daya Waduk Gunung Rowo itu memang Bumi Perkemahan terbaik di Kabupaten Pati. Terletak di salah satu bukit di lereng Gunung Muria, Bumi Perkemahan Gunung Rowo dibangun sebagai tempat penyelenggaraan Jambore Daerah VIII Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Tengah pada tahun 1991. Jambore. Daerah merupakan pertemuan pramuka penggalang terbesar dan terakbar yang diikuti oleh seluruh Kwartir Cabang (Kabupaten dan Kota) se provinsi Jawa Tengah. Masing-masing Kwartir Cabang mengirimkan 20 penggalang putra dan 20 penggalang putri. Kegiatan dalam bentuk perkemahan besar selama satu minggu itu benar-benar pertemuan akbar.
Pemerintah Kabupaten Pati paham akan itu. Dibuatlah sebuah Bumi Perkemahan baru yang terletak di tempat yang eksotis di desa Sitiluhur kecamatan Tlogowungu. Bumi perkemahan ‘mewah’ dengan fasilitas ‘komplit’. Lapangan upacara tepat di pucuk bukit yang dikempras dan diaspal mulus. Gedung sekretariat sebagai tempat kendali kegiatan yang representatif. Panggung hiburan permanen. Tandon-tandon air. MCK (tempat mandi, cuci dan kakus) yang layak. Jaringan listrik dan komunikasi yang dapat diandalkan.
Jalan dari Kota Pati hingga ke Bumi Perkemahan diaspal licin dengan berbagai aksesoris tugu cikal di etiapsekian kilometer. Sebuah kerja besar yang menghabiskan dana besar. Bukan hanya saya, yang waktu itu masih kecil, yang terpaksa bergumam kagum.
Entah kenapa selama ini gak pernah terbesit keinginan untuk menjenguk tempat yang telah membersitkan kekagumanku pada Gerakan Pramuka. Tempat yang membuatku terharu saat satu persatu teman-teman satu reguku berucap tegas; “Selamat ulang tahun, semoga panjang umur!”
Hingga, siang itu. Aku dan Riyanto, seorang temanku, sedang berada di Tlogowungu. Tanpa mengetahui sebabnya, hasrat untuk mendatangi tempat itu begitu kuatnya. Seakan-akan ada yang desah memanggil dalam hatiku. Sebuah panggilan aneh yang tidak dapat kujelaskan hingga aku mencapai tempat itu, Bumi Perkemahan Gunung Rowo.
Selepas dari waduk, kami menuju ke arah barat daya. Tak berapa lama, sampailah kami di pintu gerbang bumi perkemahan tersebut. Tak terawat, adalah kesan pertama yang terlintas di pikiranku melihat rerumputan yang menghiasi jalanan aspal. Bertambah kaget setelah melihat patung tunas kelapa setinggi 4 meter yang dulu megah berdiri di tepi jalan, kini malu bersembunyi di dalam kerumunan perdu.
Dengan perasaan tak menentu, kunaiki sepeda motor Supra Fitku lebih kedalam lagi. Dan lagi-lagi aku harus tercengang. Daerah yang dulu menjadi lokasi berdirinya tenda-tenda kami sekarang telah bermetamorfosis dengan sempurna menjadi kebung singkong!. Ya, kebun singkong yang lebat dan hijau subur. Bangunan utama tempat sekretariat yang dulu berdiri megah di tepi jurang, kini tinggal kerangka betonnya saja yang masih berdiri. Keadaan yang nyaris sama kujumpai pada lapangan upacara dan panggung hiburan beratap joglo khas Pati yang berada di puncak bukit.
Aku tak bisa berkata apa-apa sampai teman saya berujar; “gak kamu foto?” “Buat apa,” kataku, “tak ada yang tersisa”. Dia hanya tersenyum tipis, setipis kabut di bukit itu. “Paling tidak bisa menjadi kabar buat kamu, buat peserta LT III yang lainnya, buat peserta Jambore Daerah dulu. Meski di kebung singkong ini dulu kalian pernah berkemah, jangan pernah berencana untuk napak tilas kesini”.
Akupun mulai menggunakan kameraku sembari membatin dalam hati. “Betul, aku punya cerita yang hanya bisa kukenang dalam hati di sini. Di kebun singkong. Kebun singkong yang dibuat dengan harga yang mahal sekali.”






Bener, nih??!!. Dulu aku pernah ikut jamda mewakili kont. Cilacap di sana. Tidak pernah sayang bisa membayangkan itu terjadi. Masa, sih?
Dengan amat menyesal kusampaikan; emang bener!
Kayaknya memang sangat tragis . . . .
Apakah pemerintah masih punya perhatian dengan hal semacam ini . . .?
Kebanyakan Bumi Perkemahan (akan/sudah) banyak yang seperti ini.
mudah-mudahan nasib Buper `Samparona Bau-bau tidak seperti buper Pati…salam kenal
Ya, kakak! cukup buper Gunung Rowo saja.
wow…
Enak bener ya ada perkemahan singkong, laper tinggal cabut, bakar…!
mungkin sudah jarang ada yang mengadakan kemah, jadi pemerintah sudah lupa kalo ternyata di daerahnya ada bumi perkemahan..
wew. kok bisa sampe separah itu yaa? waduh, sungguh memprihatinkan. doa aja mas, supaya buper Agrosilvo yang di Tlogowung, gak akan memiliki nasib seperti ini. Salam kenal mas. Saya juga kebetulan senang ma pramuka.
GBU
@raffaell
Weee… singkong aja kau urus! (but gue juga demen singkong. Singkong rebus, singkong bakar, singkong apa aja asal yg jualan cakep)
@mardee
sstt… mungkin aja disengaja. kalo butuh buat lagi, itung2 cari proyek
@Elfrida
Regaloh Tlogowungu masih rada aman. Bulan depan rncna mo kemah di sana nemenin anak2 (kayak udah tua aja!)
Terima kasih kak Endah,atas kunjungannya…wah jadi ingat tanah leluhur kih,saya juga keturunan Jawa Tengah kak..tepatnya Kudus.salam Kenal Kembali kak..moga persahabatan bisa mnegikatkan rasa persaudaraan.
Oh… Panjenengan piyantun seka Kudus?. Muga saghet ngraketaken pasaduluran senajan wonten blog kemawon. Suwun….
ho..ho..ho..
salam dari bumi reyog
myscout at
thanks kunjungannya
salam balik!
blog ini…
ndak cuma asiik kak!
tpi serrruuu…!!!
sipp kak!
hehehe.
Trima kasih atas komen-nya. Jangan pernah kapok untuk datang berkunjung kembali dan menuliskan komentar. Tapi ngomong-ngomong keliatannya (bau-baunya) aku kenal sama “sarrazz” ini. Kalau saya salah… Ya, sorry aja. But sekali lagi makasih tas komennya.
JADILAH PENGUNJUNG SETIA DI https://alamendah.wordpress.com
Salam Pramuka. Di Kota Reyog “Ponorogo” banyak juga tempat yang bagus buat berkemah, tapi ya gitu dech ga da perhatian serius dari orang2 yang berkuasa. Semoga kenangan dengan Pramuka bisa dirasakan adik2 kita. Thanks dah berkunjung
[ http://www.24bit.tk ]
Yang pastinya cepat dapat perhatian dari “bapak2” kita biasanya yang berhubungan dengan proyek dan uang gedhe!
Menarik sekali tempat wisatanya
Biasaya masyarakat berani memanfaatkan setelah “yang punya” tidak memanfaatkannya.
Sok tahu, lu… Tapi ada benernya juga, bro!
Ping-balik: Blog Saya Ini « Alamendah's Blog
Oh ini Buper Singkongnya.. 🙂
Emang singkong lebih bermanfaat daripada Tunas Muda Kitri Sejati ..
Salam
Entahlah…
Kenapa bisa jadi begitu Mas Bumi Perkemahannya? Apa gak ada pihak-2 yg mengurusnya?
Btw, sekalipun BuPer-nya udah gak berfungsi, semoga kebun singkongnya bermanfaat.. 🙂
Denger2 (kabar kabur, sih) ada tarik ulur kepentingan antara beberapa pihak yang terkait. Akhirnya jadi terbengkalai. Dan masyarakat memanfaatkannya sebagai kebun singkong.
Ping-balik: Saka Wanabakti Pramuka Cinta Hutan « Alamendah's Blog