Mengenal Lahan Basah (Wetland) Indonesia

Mengenal lahan basah (wetland) adalah mengenal kondisi kekayaan alam Indonesia. Memahami pengertian atau definisi serta pentingnya peran, fungsi, dan manfaat lahan basah. Termasuk mengetahui macam jenis, persebaran dan luas wilayah, serta kondisi dan ancaman terhadap lahan basah di Indonesia. Tentunya pemahaman ini mampu menggugah kepedulian dan peran serta kita sehingga mampu memanfaatkan lahan basah sekaligus menjaganya agar tetap lestari.

Secara sederhana, pengertian lahan basah (dalam bahasa Inggris disebut wetland) adalah  setiap wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air. Tergenang air yang dangkal, baik sebagian atau keseluruhannya. Genangan airnya bersifat permanen (terus-menerus) atau musiman. Baik berupa air diam ataupun mengalir. Baik berupa air tawar, air payau, maupun air asin. Terbentuk secara alami ataupun buatan manusia.

Lahan basah berbeda dengan perairan. Berbeda dengan perairan, lahan basah umumnya bercirikan tinggi muka air yang dangkal, dekat dengan permukaan tanah, dan memiliki jenis tumbuhan yang khas. Berdasarkan sifat dan ciri-cirinya tersebut lahan basah kerap disebut juga sebagai wilayah peralihan antara daratan dan perairan.

Menurut Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat) yang ditandatangani pada tanggal 2 Februari 1971, definisi lahan basah adalah: “…wetlands are areas of marsh, fen, peatland or water, whether natural or artificial, permanent or temporary, with water that is static or flowing, fresh, brackish or salt, including areas of marine water the depth of which at low tide does not exceed six metres.” (Article 1.1). Juga “[Wetlands] may incorporate riparian and coastal zones adjacent to the wetlands, and islands or bodies of marine water deeper than six metres at low tide lying within the wetlands.” (Article 2.1).

Hutan bakau sebagai lahan basah

Hutan bakau sebagai lahan basah

Lahan basah masuk dalam golongan bioma sekaligus ekosistem. Baik sebagai bioma ataupun ekosistem, lahan basah memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Memiliki jenis tumbuhan dan satwa yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah lain di muka bumi. Sehingga mempunyai peran dan fungsi yang penting secara ekologi, ekonomi, maupun budaya.

Macam jenis lahan basah dibedakan menjadi dua yaitu lahan basah alami dan buatan. Lahan basah alami meliputi rawa-rawa air tawar, hutan bakau (mangrove), rawa gambut, hutan gambut, paya-paya, dan riparian (tepian sungai). Sedangkan lahan basah buatan meliputi waduk, sawah, saluran irigasi, dan kolam.

Lahan Basah di Indonesia

Luas lahan basah di dunia diperkirakan lebih dari 8,5 juta km2 atau lebih dari 6% dari total luas permukaan bumi. Indonesia memiliki setidaknya 30,3 juta ha lahan basah yang tersebar di berbagai penjuru.

Lahan basah di Tanjung Puting

Lahan basah di Tanjung Puting (gambar commons wikimedia)

Total luas lahan basah ini terus mengalami pengurangan. Sejak lama, lahan basah banyak beralih fungsi sebagai daerah pemukiman, pertanian, dan eksploitasi lainnya. Tidak bisa dipungkiri, Ibukota Jakarta pun sebelumnya adalah wilayah rawa-rawa yang berarti daerah lahan basah.

Saat ini, lahan gambut dan mangrove, menjadi dua jenis lahan basah yang mengalami kerusakan serius di berbagai wilayah Indonesia. Hutan rawa gambut di Sumatra dan Kalimantan, banyak dikonversi menjadi perkebunan dan lahan pertanian. Pun ribuan hektar hutan mangrove, telah ditebangi dan dikonversi untuk kegiatan budidaya perairan.

Untuk menyelamatkan lahan basah di seluruh dunia, pada 2 Februari 1971 di Kota Ramsar, Iran, disepakatilah perjanjian internasional untuk konservasi dan pemanfaatan lahan basah secara berkelanjutan. Perjanjian ini dikenal sebagai Konvensi Ramsar atau The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat. Indonesia pun telah meratifikasi konvensi ini melalui Keputusan Presiden RI No. 48 tahun 1991. Selain itu setiap tahun diadakan peringatan Hari Lahan Sedunia atau World Wetlands Day.

Dengan potensi wilayah lahan basah yang cukup besar sekaligus sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Ramsar, Indonesia telah menetapkan berbagai wilayah lahan basahnya sebagai kawasan strategis yang dilindungi. 7 situs diantaranya diakui dan ditetapkan sebagai Situs Ramsar dengan total luas wilayah mencapai 1,3 juta ha. Ketujuh Situs Ramsar di Indonesia tersebut adalah Taman Nasional Berbak (Jambi), Danau Sentarum (Kalimantan Barat), Suaka Margasatwa Pulau Rambut (DKI Jakarta), Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Sulawesi Tenggara), Taman Nasional Sembilang (Sumatera Selatan), Taman Nasional Wasur (Papua), dan Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimantan Tengah).

Referensi dan gambar :
indonesia.wetlands.org/Infolahanbasah/TanyaJawab/tabid/2837/language/id-ID/Default.aspx
alamendah.org/2011/11/17/ramsar-site-di-indonesia/
www.ramsar.org/wetland/indonesia
commons.wikimedia.org (gambar)

Baca artikel tentang lingkungan hidup Indonesia lainnya :

Tentang alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di lingkungan hidup dan tag , . Tandai permalink.

6 Balasan ke Mengenal Lahan Basah (Wetland) Indonesia

  1. Andik Taufiq berkata:

    Bioma, istilah yg sudah lamaaa sekali tidak saya dengar… 🙂

  2. aryatatto berkata:

    Thanks infonya sangat bermanfaat

  3. Tumbuhan Herbal berkata:

    Ternyata lahan basah di indonesia cukup luas, apa kah banar lahan basah di indonesia itu palingluas di kalimantan ?

  4. Ping balik: Tema Hari Lahan Basah Sedunia (World Wetlands Day) 2015 | Alamendah's Blog

  5. Darman berkata:

    Catchmand area of Weatland National Park Rawa Aopa Watumohai perlu kepedulian kita bersama untuk melestarikannya

  6. Darman berkata:

    Apa yang sudah kita perbuat untuk kelestarian lahan basah kita ???

Tulis Komentar Sobat

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.