Perizinan Mengambil (Menangkap) Tumbuhan dan Satwa Liar

Perizinan (tata cara mendapatkan izin) mengambil atau menangkap tumbuhan dan satwa liar pernah di tanyakan seorang pembaca di blog ini. Bagaimana mengurus dan mendapatkan izin untuk mengambil dan menangkap tumbuhan (flora) dan satwa (fauna) liar?.

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia telah mengatur tata cara pengambilan atau penangkapan tumbuhan dan satwa liar dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar. Termasuk di dalamnya prosedur untuk mendapatkan izin mengambil, menangkap, penangkaran, peredaran, ekspor maupun impor tumbuhan dan satwa liar.

Dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar itu disebutkan bahwa pengambilan atau penangkapan Tumbuhan dan Satwa Liar dari habitat alam hanya dapat dilakukan di luar kawasan pelestarian alam dan suaka alam serta taman buru. Kawasan pelestarian alam meliputi Taman Nasional, Taman Wisata Alam, dan Taman Hutan Raya. Sedangkan kawasan suaka alam terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Margasatwa.

Tata cara perizinan pengambilan atau penangkapan tumbuhan dan satwa liar dibedakan menjadi dua macam yakni:

  • Izin pengambilan atau penangkapan non komersial.

Pengambilan dan penangkapan non komersial adalah pengambilan tumbuhan atau penangkapan satwa liar untuk tujuan pengkajian, penelitian dan pengembangan, peragaan non-komersial, pertukaran, perburuan, dan pemeliharaan untuk kesenangan.

Izin Pengambilan dan penangkapan non komersial diberikan kepada perorangan, Lembaga Konservasi, lembaga peneliti, perguruan tinggi, dan Lembaga Swadaya Mandiri (LSM) yang bergerak pada bidang konservasi sumberdaya alam hayati.

Pemberian Izin pengambilan atau penangkapan non komersial tumbuhan dan satwa liar dari habitat alam untuk jenis yang tidak dilindungi dan jenis yang dilindungi namun termasuk satwa buru yang terdaftar dalam Apendiks II, III, atau Non-apendiks CITES diberikan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Sedangkan izin untuk jenis yang dilindungi lainnya atau jenis yang terdaftar dalam Apendiks I CITES diberikan oleh Menteri Kehutanan setelah mendapat rekomendasi dari otoritas keilmuan bahwa pengambilan atau penangkapan tidak akan merusak populasi di habitat alam.

Prosedur dan tata cara pengurusan izin dapat dibaca di Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 pasal 30 ayat (1) dan (2) (link download di akhir artikel)

Jalak Bali

Jalak Bali, satwa liar yang dilindungi (gbr. wikipedia)

  • Izin pengambilan atau penangkapan komersial.

Pengambilan dan penangkapan non komersial adalah pengambilan tumbuhan atau penangkapan satwa liar untuk tujuan penangkaran, perdagangan, peragaan komersial, dan budidaya tanaman obat.

Izin pengambilan dan penangkapan komersial dapat diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN, BUMD atau badan usaha milik swasta.

Tumbuhan dan satwa liar yang dapat diambil dan ditangkap untuk tujuan komersial hanya berlaku untuk jenis yang tidak dilindungi dan jenis yang dilindungi namun termasuk satwa buru yang terdaftar dalam Apendiks II, III, dan Non-apendiks CITES. Dan izin pengambilan atau penangkapan diberikan oleh Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Prosedur dan tata cara pengurusan izin dapat dibaca di Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447/Kpts-II/2003 pasal 32 ayat (1) (link download di akhir artikel).

Ingin mengambil atau menangkap tumbuhan dan satwa liar?. Bagi para sobat yang ingin mengambil tumbuhan atau menangkap satwa liar dari alam baik untuk tujuan komersial maupun non komersial perlu mencermati dan memahami Kepmenhut No. 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar ini.

Tentunya ditambah dengan berbagai peraturan perundangan mengenai pengambilan/penangkapan, penangkaran, perdagangan, impor dan ekspor tumbuhan dan satwa liar di Indonesia seperti Kepmenhut No. 447/Kpts-II/2003 juga ada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2005 (Penangkaran Tumbuhan dan Satwa Liar), Permenhut.No.P.01/Menhut-II/2007 (Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan No.P.53/Menhut-II/2006 Lembaga Konservasi), Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 (Pengawetan Tumbuhan dan Satwa), PP No 8 Tahun 1999 (Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar), hingga Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan Dan Tumbuhan.

Kok banyak amat peraturannya?. Banyak peraturan saja banyak yang mengambil, menangkap, memelihara, dan memperdagangkan tumbuhan dan satwa liar apalagi tidak?. Bisa-bisa cucu saya kelak hanya bisa melihat tumbuhan dan satwa liar dari gambar saja.

Referensi:

  • Kepmenhut No. 447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar (DOWNLOAD DI SINI)

Baca artikel tentang lingkungan hidup, satwa, dan tumbuhan lainnya:

avatar Tidak diketahui

About alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di lingkungan hidup dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

39 Responses to Perizinan Mengambil (Menangkap) Tumbuhan dan Satwa Liar

  1. avatar duniapiyen duniapiyen berkata:

    untuk hewan atau tumbuhan yang langka lebih baik dilindungi saja, dan biarkan saja hidup dengan aman

  2. avatar Mas Jier Mas Jier berkata:

    ikut prihatin mas, jika membayangkan anak cucu kita hanya bisa melihat satwa-satwa tersebut hanya lewat gambar saja. Lebih parah lagi kalo cuma lewat cerita tanpa pernah bisa melihatnya.

  3. avatar Imelda Imelda berkata:

    ya, saya waktu ke Bandung menangkap kupu-kupu. Ada satu jenis yang ingin kami tangkap tapi tidak bisa karena terlalu cepat terbangnya. Dan untung saja, setelah kami pulang ke Jepang, baru tahu bahwa kupu yang nyaris kami tangkap itu tidak boleh dibawa masuk ke Jepang tanpa surat-surat….hehehe. Sedangkan jenis lainnya tak mengapa. Untung….. (kami tentu saja tidak mau melanggar hukum

  4. avatar Puteriamirillis Puteriamirillis berkata:

    banyaknya peraturan saja masih banyak yang ambil liar ya pak? tapi kalo ga ada aturannya makin banyak lagi yg ambil ya pak. penegakan hukumnya yang harus ditingkatkan. salam Pu pak…

  5. avatar dhila13 dhila13 berkata:

    beruntung sy tidak punya passion menangkap mereka,, hanya memotret.

  6. avatar Lidya Lidya berkata:

    kasiahan ya satwa dan tumbuhan tidak bisa tenang

  7. avatar agussupria agussupria berkata:

    mudah-mudahan saja semua orang mengerti dan menyikapinya dengan bijaksana

  8. avatar Mabruri Sirampog Mabruri Sirampog berkata:

    mending miara hewan yang wajar2 aja lah ya bang,, kaya kambing, sapi, ayam, dsb.. 😀

  9. avatar Moch Adnan Moch Adnan berkata:

    Iya juga yah,biar udah banyak aturannya juga, tetap saja masih banyak yang mengambil tanpa izin dulu.

  10. avatar Casdira dira berkata:

    Yang jadi PR kita mungkin bagaimana mensosialisasikan peraturan semacam ini hingga ke masyarakat di pinggiran hutan. Gitu kali ya, kang Alam? Tujuannya, di samping agar mereka mengerti dan tdk memburu sembarangan, juga sebagai “polisi hutan” bagi orang luar yg memburu satwa liar seenaknya.

  11. avatar andinoeg andinoeg berkata:

    satwa langka harus dilindungi

  12. avatar saiaah saiaah berkata:

    blog tentang alam rupanya…. good!!

    baca-baca dulu aja ya..??

  13. avatar mama-nya Kinan mama-nya Kinan berkata:

    Thanks for sharing mas, wah jadi ngerti nieh..
    sering bingung juga soal peraturan membawa satwa atau flora dari luar pulau…kadang pingin bawa bunga bunga dari luar pulau gitu…tapi takut dicekal giitu dibandara…

  14. avatar yadi yadi berkata:

    biar hewan,maupun tumbuhan agar lestari selalu,love,peace and gaul.

  15. avatar dediyuliadi dediyuliadi berkata:

    mudah-mudahan dapat disikapi dengan bijaksana

Tinggalkan Balasan ke mama-nya Kinan Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.