Suaka Margasatwa Balai Raja Lenyap ditelan perkebunan kelapa sawit. Kawasan hutan seluas 18.000 ha di desa Sebanga, Duri Riau yang ditetaapkan sebagai kawasan Suaka Margasatwa sejak 1986 kini hampir tidak ada karena telah beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit. Padahal suaka margasatwa Balai Raja sejak 1992 juga ditetapkan sebagai kawasan konservasi gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
Anehnya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau meski mengakui telah terjadi pengalihan fungsi hutan suaka margasatwa Balai Raja menjadi pemukiman dan perkebunan namun tetap menetatpkan status SM Balai Raja sebagai suaka margasatwa. Suaka margasatwa yang pada kenyataannya telah lenyap dan mengalami alih fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman warga.
Dari 18 ribu ha kawasan suaka margasatwa Balai Raja yang kini mengalami kerusakan alam tersisa hanya seluas 50 ha. Bahkan kawasan sisa suaka margasatwa Balai Raja itupun tidak layak disebut hutan karena lahan tersebut hanya berupa semak belukar dan rawa-rawa. Tragisnya lahan itupun sudah diklaim sebagai kepunyaan warga.
Suaka Margasatwa Balai Raja. SM Balai Raja ditetapkan sebagai suaka margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/kpts-Il/1986 Tanggal 6 Juni 1986. Kawasan suaka margasatwa ini mempunyai luas sekitar 18.000 hektar. Suaka Margasatwa ini berada di bawah pengelolaan BKSDA Riau.
Semula Suaka Margasatwa Balai raja merupakan kawasan yang kaya akan vegetasi aneka flora seperti meranti (Shorea sp), bitangur (Calophyllum spp), balam (Palaqium gulta), kempas (koompassia malaccansis Maing), giam (CotyIeIobium malaxanum), aneka palem seperti rotan (Calamus cirearus), pandan (Pandanus sp), kantong semar (Nephentes sp) dan lain sebagainya.
Selain itu sejumlah satwa liar menjadi penghuni suaka margasatwa Balai Raja ini. Satwa-satwa itu antara lain gajah (Elephant maximus sumatranus), harimau sumatera (Panthera tigris Sumatrensis), beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus indicus) siamang (Symphalangus syindactylus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis), biawak (Varanus salvator), uIar Sanca (Sanca sp.), dan aneka burung seperti rangkong (Rhyticeros unduIatus).
Di dalam suaka margasatwa ini juga terdapat Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga seluas 5.873 hektar yang pada Juni 1992 disahkan Gubernur Riau sebagai kawasan konservasi gajah sumatera. Pusat Latihan Gajah (PLG) ini sekarang hanya memiliki 7 ekor gajah sumatera (Elephant maximus sumatranus).
Suaka Margasatwa Di Atas Kertas. Bagi saya merupakan sebuah fakta yang aneh ketika sebuah Suaka Margasatwa yang menjadi pertahanan terakhir kelestarian keanekaragaman satwa dan fauna di Indonesia lenyap dan mengalami alih fungsi menjadi kawasan pemukiman warga dan perkebunan kelapa sawit dan tidak satupun pihak yang berwenang melakukan tindakan.
Salah siapa?. BKSDA Riau sebagai pengelola tidak mau disalahkan, katanya berdasarkan UU Konversi no.5 tahun 1990 tentang Kelestarian Kawasan Konservasi, disebutkan bahwa tanggung jawan dalam upaya pelestarian kawasan konservasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Dalam artian pelestarian kawasan adalah tanggung jawab pemerintah dan masyarakat.
Fakta yang makin aneh lagi ketika BKSDA Riau sebagai pengelola Suaka Margasatwa Balai Raja, tetap mengakui Balai Raja sebagai suaka margasatwa meskipun mengetahui bahwa kawasan tersebut telah berubah dan beralih fungsi menjadi perkebunan dan pemukiman warga.
So, Suaka Margasatwa Balai Raja kini telah lenyap dan sekedar menjadi suaka margasatwa di atas kertas. Apakah suaka margasatwa lainnya juga bernasib serupa?
Referensi:
- sains.kompas.com/read/2010/04/05/09294633/Suaka.Margasatwa.Balai.Raja.Lenyap
- http://www.tribunpontianak.co.id/read/artikel/7480/parah-suaka-margasatwa-balai-raja-lenyap
Baca Juga:
maap ini test komeng.. hehehe..berhasil kang…
begitulah jika duit adalah segalanya..hik hik hik
Selamat siang Alam, kehidupan itu harus seimbang, maka dari itu lingkungan hidup itu kelanjutannya harus diperhatikan, bukan sekedar lip service tetapi dengan tindakkan, mulai dari yang terkecil sampai yang besar perlu tanggung jawab yang full agar semua yang lakukan dapat berhasil. Semoga semuanya dapat ditangani sesuai porsinya dan peruntukkannya. Terima kasihj postingannya, Sukses untuk anda.
Regards, agnes sekar
tambah tragis neh alam indonesia..
saya juga tambah sedih
Waduh,,, gimana nasib generasi selanjutnya jika suaka margasatwa pada raib…
masalah seperti ini biasanya luput dari pemberitaan ya. Selain perhatian pemerintah terhadap perlindungan satwa ini kurang, mungkin kita sebagai masyarakat pemerhati lingkungan perlu bersuara lebih keras agar issue ini lebih didengar luas…….peran media juga rasanya sangat penting… mudah-mudahan saja kejadian kayak gini ini tidak terus berulang….
parah yah bang
demi ekonomi hutan di babat habis
membaca judulnya saya pikir lenyap ditelan bumi
kebun kelapa sawit lebih berkembang dari pada suaka margasatwa
lebih baik bisnis dari pada melindungi alam dari kepunahan
apa betul demikian???
salam dari pamekasan madura
duh, semoga nggak….
sayang sekali ya kang… itu kawasan yg tandus tapi banyak kenekaragaman tanaman disana..
dalam segala sektor dan sub sektor negeri ini dikalahkan sama nilai ekonomi dan laba 😦
Suatu saat…mungkin kelak kita akan bilang ke anak/cucu kita…ini gajah nak…cuman dengan menunjukkan sebuah gambar, karena semua telah punah..
prihatin
pernah tinggal diduri masa kecil dulu… :
duri yang dulu penuh dengan hutan2 rimbun dan beberapa suku asli masih menetap..
masih diingatan ketika saat itu bermain dengan anak sakai disungai…
namun skrg sudah berubah 😦
miris mengetahuinya…
Ping balik: Daftar Taman Nasional Di Indonesia « Alamendah's Blog
maleemm bos… mampir lagi ya… 🙂
Heh?? Lenyap??
Ckckck… Rupanya duit yang dikantongi dari hasil memberikan ijin perubahan fungsi hutan lumayan gede ya… sampe2 nggak peduli sama yang namanya suaka marga satwa 😦