Edelweis Bunga Abadi

edelweis_01Edelweis (kadang ditulis eidelweis) atau Edelweis Jawa (Javanese edelweiss) juga dikenal sebagai Bunga Abadi yang mempunyai nama latin Anaphalis javanica, adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Indonesia. Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian maksimal 8 m dengan batang mencapai sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan yang bunganya sering dianggap sebagai perlambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian ini sekarang dikategorikan sebagai tanaman langka.

Saya teringat dengan Suzie, teman wanita saya yang dengan bangga memamerkan bunga edelweis yang diberikan oleh pacarnya. Katanya, edelwis merupakan perlambang cinta yang penuh ketulusan mengingat tekstur yang halus dan lembut dengan warnanya yang putih (walau ini sebenarnya tergantung kepada habitat di mana ia tumbuh yang menyebabkan warnanya agak kekuning-kuningan, keabu-abuan ataupun kebiru-biruan).

edelweis_2Edelweis juga melambangkan pengorbanan. Karena, kata Suzie, bunga ini hanya tumbuh di puncak-puncak atau lereng-lereng gunung yang tinggi sehingga untuk mendapatkannya membutuhkan perjuangan yang amat berat. Ditambah lagi dengan adanya larangan membawa pulang bunga ini, pemetik harus main petak umpet dengan petugas Jagawana. Dan jika kedapatan memetik bunga ini bisa-bisa seperti teman saya yang terpaksa harus berendam di Ranu Kumbolo malam-malam ketika ketahuan mengambil bunga ini di Gunung Semeru.

Yang paling dasyat menurut Suzie, meskipun dipetik bunga ini tidak akan berubah bentuk dan warnanya, selama disimpan di tempat yang kering dengan suhu ruangan. Karenanya, lanjut Suzie dengan antusias, edelweis adalah bunga keabadian. Bunga yang membuat cinta akan tetap abadi!

Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil berlalu tanpa sepatah katapun. Sikap Suzie tak berbeda dengan para (oknum) pecinta alam dan pendaki gunung yang merasa bangga jika bisa membawa edelweis pulang sebagai bukti bahwa ia telah menaklukkan sebuah gunung. Keserakahan dan mitos ini telah membuat edelweis sebagai bunga langka bahkan terancam kepunahan. Sebuah studi yang dilakukan oleh Hakim Luqman dalam Kasodo, Tourism, and Local People Perspectives for Tengger Highland Conservation, menyimpulkan bahwa tanaman ini telah punah dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

alun-alun suryakencanaPadahal Edelweis merupakan tumbuhan pelopor bagi tanah vulkanik muda di hutan pegunungan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya di atas tanah yang tandus, karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara. Bunga-bunganya, yang biasanya muncul di antara bulan April dan Agustus, sangat disukai oleh serangga, lebih dari 300 jenis serangga seperti kutu, tirip, kupu-kupu, lalat, tabuhan, dan lebah terlihat mengunjunginya.

Kini Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diklaim sebagai tempat perlindungan terakhir bunga abadi ini. Di sini terdapat hamparan bunga edelweis yang tumbuh subur di alun-alun Suryakencana sebuah lapangan seluas 50 hektar di ketinggian 2.750 meter di atas permukaan laut.

So, bagi yang sealiran dengan Suzie, silahkan datang ke sana. Petiklah sepuasnya, bawa pulan semua dan biarkan bunga abadi ini musnah abadi untuk selamanya!

Baca juga:

Anda dapat melihat daftar seluruh tulisan di: Daftar catatan

Foto: (1).www.bouwsteen.com (2).www.kabarindonesia.com/fotoberita/200810131148431.jpg (3).photos.friendster.com/photos/30/17/18417103/16240322329305l.jpg

avatar Tidak diketahui

About alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di flora, Indonesia, kerusakan alam, lingkungan hidup dan tag , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

307 Responses to Edelweis Bunga Abadi

  1. avatar WIWITRIA WIWITRIA berkata:

    EHM JnGAN DONG………………………..ntar law dah hbiz gmn buat ank2 kta ………………………. kta harus ttap mnjaga klstariannya agar edelweis abadi smpai nanti……………….smpai kta dh gak tnggal g d bumi heheheheheeheheheheheh I LOVE YOU EDELWEIS

  2. avatar WIWITRIA WIWITRIA berkata:

    ehmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm edelweis cntik bngtt ,,,,,,,,,,,,,,,,, n smga mg bnr2 abadi slmanya aja dech

  3. wahhh teringat kisah temen sy yang metik edelweis, dengan bangga nunjukin ke kita… dia ga tau kalo kita malah jengkel liatnya…
    edelweis juga banyak di Gunung Gawalise, Kota Palu, Sulawesi tengah… kita juga para (oknum) pecinta alam masih melestarikannya sampe sekarang 🙂

  4. avatar mas jangkung mas jangkung berkata:

    sy pernah melihat banyak edelweis yang berbunga agak kekuningan, tumbuh besar dengan diameter batang mencapai 25 cm, sepanjang jalur pendakian antara Cisentor – Rawa Embik ke puncak Argopuro

  5. Ping-balik: Ardyafani Webpage's

  6. avatar Ari Ariandi Ari Ariandi berkata:

    katakan tidak untuk memetik edelweis !

  7. avatar syrup_mapatala syrup_mapatala berkata:

    di sulawesi tengah msh banyak,,, ada padang edelweiss tepatnya d anaso….

  8. avatar Taroy Taroy berkata:

    wah, gambar yg diatas itu kayaknya surya kencana ya. Biarlah dia abadi disana, jangan sampai cucu kita nanti mendaki dan edelweis sudah tidak ada lagi.

  9. avatar Etrie Etrie berkata:

    Sy j9 snan9 hR iN pcr q n9siH sy bn9 EDelweis. . .smph amat sn9at snAN9. . .

  10. avatar Rizky i Rizky i berkata:

    Jngn biarkn bunga indah itu punah, biarkn dia ttp tmbh dn brkmbng, mski blm prnh mlht xa scra lngsng. . Tp suatu saat nnti qw ingn mlht xa. .jd biarkn keabdian edelweis ttp trjga

  11. avatar fayyad alfaruq fayyad alfaruq berkata:

    biarkan keabadian edelweiss tetap terjaga…………….fayyad palu

  12. avatar sarwendah sarwendah berkata:

    wuihhhh keren…. smoga abadi di habitatnya.. tidak ditangan2 serakah manusia

  13. avatar doper doper berkata:

    “Di sini terdapat hamparan bunga edelweis yang tumbuh subur di alun-alun Suryakencana sebuah lapangan seluas 50 hektar di ketinggian 2.750 meter di atas permukaan laut.”

    Waaahhhh tinggi yaa… ini diambil ama penulis ya?

  14. avatar renda renda berkata:

    kenapa puna di tengger bromo? karena masyarakat setempet pun memetik dan menjualnya pada pengunjung yang malas mendaki dengan harga sangat murah, sekitar taun 1997 waktu saya ke puncak bromo, dijual cuma Rp.3000-Rp.5000, per ikat (segenggam besar) sedih juga mendengarnya

  15. avatar Oscar moris Oscar moris berkata:

    Kata siapa d tnbts udh punah ?
    Sbelum ranu kumbolo ada 2 pohon .
    Di kalimati jga msh bnyak .

    Yg jdi masalah bukan cma oknum yg petik bunga, tapi msalah terparah adalah mindset pendaki sebagai “jagoan” yg ngerasa hebat klo tulis nama di batu/pohon, sampah dri bentuk tabung gas, sepatu ancur, raincoat sobek sampe puntung rokok masih bnyak berserakan .
    Pada bsa ga mulai menangani sampah dari PUNTUNG ROKOK sendiri ?

Tinggalkan Balasan ke fayyad alfaruq Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.