Ekspedisi Puncak Argopuro Lasem

Pendakian kali ini adalah pendakian saya yang kedua kalinya ke puncak Argopuro di Gunung Lasem (sebagian rekan ada yang menyebutnya Gunung Lasem). Selang satu bulan dari pendakian saya yang pertama, pas malam tahun baru kemarin. Kali ini saya bersama anak-anak Pecinta Alam ReKSAPALA. Oleh mereka saya didaulat menjadi leader, namun saya kemudian ngontak teman saya yang dari Rembang (Takim dan Budi) yang terkenal sebagai danyang (mungkin malah juru kuncinya) gunung tersebut untuk turut serta sekaligus menjadi coleader. Ya, biar tanggung jawab itu gak terlalu berat di pundak saya.

Gunung Lasem, dengan puncaknya Argopuro, merupakan sebuah gunung kecil (bukit kali) yang terletak di sebelah timur kota Lasem kabupaten Rembang. Membujur diantara Pegunungan Kapur Utara di sebelah selatan hingga ke pesisir laut Jawa di sebelah utara. Gunung  ini mempunyai ketinggian sekitar 806 meter dpl (pendek, amat?). Meskipun demikian puncak ini cukup ramai dikunjungi (terutama pas malam tahun baru dan liburan sekolah) oleh para pecinta alam dari Rembang, Pati, Blora, Tuban dan daerah lainnya.

Dari Pati kami diangkut oleh truk dan diantarkannya melalui Rembang, Lasem, Pancur terus membelok di daerah bernama Nyode (kalau gak salah). Dari sini perjalanan mulai ekstrem, meski telah teraspal seadanya, jalanannya sempit, berkelok dan kadang menanjak. Dan akhirnya sampailah di pos pendakian terakhir di desa Ngroto kecamatan Pancur kabupaten Rembang.  Dari sinilah kami nanti harus berjalan kaki.

Setelah melakukan cecking peralatan, kami sejenak ngobrol di warung yang sekaligus menjadi pos pendakian. Ngisi buku tamu sembari ngisi perut. Dan tidak lupa mampir di masjid desa selain untuk buang air kecil juga sowan marang gusti Allah karena sudah masuk waktu sholat asar.

Setelah semua beres, pendakian dimulai. Jalan setapak yang kami lalui langsung menyuguhkan tantangan selamat datang. Jalan setapak yang berlumpur, batu gunung yang licin dan kadang dihiasi kotoran sapi yang teronggok indah. Setelah sekitar 500 meter, jalanan baru terbebas dari lumpur dan tergantikan tanah merah pegunungan yang keras.

Namun tantangan belum berakhir, baru setengah perjalanan, gerimis mulai turun. Tapi no problem, justru membawa keuntungan buat kami. Pertama, keringat beserta baunya bisa tersamarkan dan kedua perpaduan antara perbukitan hijau dengan kabut tipis menyuguhkan pemandangan yang eksotis. Apalagi dengan jalanan yang tidak terlalu menanjak.

Mendekati puncak, gerimis tidak juga reda. Jalan setapak yang kami laluipun semakin menanjak dan licin. Ini juga sedikit membawa berkah untukku, paling tidak banyak tangan-tangan mulus anggota cewekku yang ‘menawarkan’ diri untuk kupegang (termasuk tugas seorang leader, kan?) . Dalam hati saya berharap ada diantara mereka yang terpeleset dan tepat menimpa diriku, tetapi harapan itu gak pernah terkabul. Bahkan seorang rekan cowok nyaris terperosok ke dalam jurang lantaran tiba-tiba tanah yang diinjaknya longsor. Untung masih bisa bisa berpegangan pada sebatang dahan sehingga kejadian itu ‘hanya’ membuat beberapa diantara kami menjerit spontan.

Memang wilayah gunung Lasem sering kali terjadi longsor meskipun dalam skala kecil. Hal ini salah satunya akibat beralih fungsinya lahan yang semula merupakan hutan lindung yang dikelola oleh perhutani. Kini di beberapa bagian terlihat mulai dikerjakan oleh penduduk untuk ditanami jagung. Kelompok Masyarakat Hutan yang diperbolehkan ikut mengelola lahan hutan dengan melakukan tumpang sari, terkesan lebih serakah. Kepadatan (jumlah) tanaman yang mereka tanam (jagung, kacang dan ketela) melebihi aturan yang dibenarkar. Sehingga tunas jati, mahoni dan tanaman keras lainnya yang dititipkan oleh perhutani kalah bersaing, hingga kalau tidak mati pelan-pelan, pertumbuhannya pun teramat sangat pelan.

Tetapi, kabarnya, pemerintah lewat Perum Perhutani akan melakukan reboisasi besar-besaran di daerah tersebut. Semoga bukan sekedar program yang hanya bagus di perencanaan. Bukan pula sekedar program seremonial.

(sorry, ceritanya disambung lain kali ya… Ekspedisi Puncak Argopuro Lasem #2)

Tentang alamendah

Panggil saja saya Alamendah, tinggal di Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Seorang biasa yang ingin berbagi dengan sobat.
Pos ini dipublikasikan di ekspedisi, kegiatan alam bebas, kerusakan alam, lingkungan hidup dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

32 Balasan ke Ekspedisi Puncak Argopuro Lasem

  1. zakaria berkata:

    rodok dhuwur seh, aku pun wes bolak balik munggah mrono eg kang…………………………………………………….

  2. Ping balik: Tips Mendaki Gunung untuk Pendaki Pemula | Alamendah's Blog

  3. ali cahyono berkata:

    kebetulan aku anak rembang, asyik juga menjelajah kesana (argo lasem), anak-anak lebih suka ke Siwalan Sukun (SS) baru melanjutkan pendakian ke puncaknya di hari berikutnya.

  4. Ping balik: Saat Kita Mencumbui Alam dengan Penuh Gelora | Alamendah's Blog

  5. Ping balik: Tahun 2024 Es Abadi Puncak Jaya Hilang | Alamendah's Blog

  6. diana berkata:

    rembang banyak sekali objek wisata alam….bukan hanya puncak argo, kajar dll tapi banyak juga goa, situs megalitiku dan lainnya…….jaga dan lestarikan alam rembang….

  7. bayu berkata:

    ada yg tahu info Gunung butak gak?? Sepertinya gunung itu kurang terkenal daripada tetanggganya gunung lasem

  8. Ping balik: sigitari95

  9. Beta Apri Kartika berkata:

    Wah baru tau kalau kang Alamendah dari Pati, Salam kenal kang. Aku dari Rembang 🙂
    Anyway, postingan blognya keren-keren dan banyak manfaatnya 🙂

Tulis Komentar Sobat

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.