Tingkat degradasi lingkungan di Jakarta semakin parah dalam tiga dekade terakhir. Degradasi (penurunan kualitas) lingkungan hidup di Jakarta ini salah satunya diakibatkan oleh pesatnya laju pertumbuhan penduduk akibat urbanisasi.
Degradasi lingkungan hidup yang terjadi di Jakarta ditunjang pula oleh faktor kurangnya “political will” dan kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan kepentingan pelestarian lingkungan serta lemahnya penegakan hukum (peraturan) di bidang yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Dampak degradasi lingkungan di Jakrta dapat dikenali dari empat aspek yaitu aspek lingkungan, aspek infrastruktur, aspek sosial, dan aspek tata kelola. Demikian menurut Menteri Pekerjaan Umum RI, Djoko Kirmanto, saat memberikan sambutan dalam seminar nasional Keberlanjutan Jakarta Sebagai Ibu Kota Negara dan Kota Pusat Pemerintah, di Pusat Studi Jepang, Kampus UI Depok, Rabu (24/11).
Berbagai indikasi degradasi lingkungan ini makin tidak terpisahkan dari Jakarta. Banjir yang makin rutin dan sering mengunjungi Jakarta, baik akibat berkurangnya daya serap tanah terhadap curah air hujan ataupun rusaknya daerah aliran sungai (DAS). Juga berbagai indikasi lain semisal kelangkaan sumber air bersih, pencemaran air dan udara, meluasnya daerah kumuh, dan penetrasi air asin pada sumur penduduk. Semuanya lengkap terjadi di Jakarta.
Untuk menangani permasalahan degradasi lingkungan hidup di Jakarta ada tiga skenario yang sementara ini ditawarkan menjadi solusi. Ketiga solusi itu adalah;
-
Revitalisasi, artinya ibukota tetap di Jakarta namun dengan pilihan kebijakan untuk menata, membenahi dan memperbaiki berbagai persoalan Jakarta, berdasarkan rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta dan RTRW kabupaten atau kota sekitarnya dalam satu kesatuan eco-region yang telah termuat dalam Rencana Tata Ruang Jabodetabekjur.
-
Pemisahan pusat pemerintahan dari ibukota negara. Jakarta akan tetap berfungsi sebagai ibukota negara dengan mengutamakan faktor historisnya, namun pusat pemerintahan akan dipindahkan kelokasi baru. Tentunya untuk itu perlu dipertimbangkan faktor jarak Jakarta dengan pusat pemerintahan baru.
-
Membangun ibukota negara dan pusat pemerintahan yang baru di luar wilayah Jakarta, sedangkan Jakarta dijadikan sebagai pusat bisnis.
Menurut sobat-sobat, seberapa parahkah degradasi lingkungan hidup yang terjadi di Jakarta?. Dan dari ketiga skenario tersebut, manakah yang terbaik buat Jakarta?.
Referensi:
-
buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=12&mnorutisi=3
-
gambar:
Baca artikel tentang alam lainnya:




ini yang pantas menjawab yang tinggal di Jakarta nih.
yang tahu & mengalami kehidupan sehari-hari disana.
Ngeles aja, Mbak… 😆
Menurut saya, Jakarta sudah tidak layak lagi menjadi ibukota negara maupun pusat pemerintahan. Namun memerlukan dana yang besar untuk memindahkan ibukota negara ataupun pusat pemerintahan ke wilayah lain. Solusi yang cepat, sebaiknya pemerintah DKI dan pemerintah pusat harus memikirkan langkah-langkah preventif untuk menyelamatkan jakarta dari masalah-masalah lingkungan. Berhentilah memikirkan aspek ekonomi tapi lebih fokus kepada aspek lingkungan.
Pilihan pertama, langkah preventif. Ini tentu butuh kerja keras, kesamaan visi antara pemerintah, dewan, pelaku bisnis, dan masyarakat lainnya.
Setuju sekali Kang, akhirnya jakarta tidak effisien lagi. Memang tidak mudah namun untuk memindahkan ibu kota saya ikut mendukung. Saya hanya bisa mengatakan sesama tinggal di kota besar saya lebih nyaman saat ini tinggal di surabaya dibanding tinggal di jakarta. Trims 🙂
Tokyo yang belum mempunyai masalah sepelik Jakarta dan banyak duit saja tidak berani memindahkan ibukotanya. Bukan main-main biayanya. Maka Tokyo membangun reklamsi dan memindahkan universitas/pusat penelitian, kantor besar ke pinggiran Tokyo. Tapi memang sistem drainage Tokyo sudah bagus sejak jaman baheula meskipun hampir semua jalan di pavement. Setiap minggu juga ada mobil keliling yang membersihkan kotoran dari got tertutup itu. Disubkontrak ke perusahaan kecil oleh pemda.
Semestinya anggota DPR belajar yang gini ginian dong kalo ke LN 😉
EM
setuju mbak. seharusnya belajar dari negri lain.
kemacetan aja sekian lama belum bisa menangani. hanya ada di Indonesia yang gini. Indonesiaku tercinta.
Penataan Jakarta merupakan pekerjaan raksasa ya mas-terlanjut ruwet,macet,banjir dan segala aneka bertumpuk disana.
Semoga pemerintah segera melakukan langkah yang cepat dan tegas.
Namun semuanya tentu perlu anggaran dan tekad semua pihak yang terkait.
Salam hangat dari Surabaya
Keadaan seperti in juga harus diwaspadai di kota-kota besar lainnya.
secara pribadi saya setuju dengan opsi kedua..seperti ada jalan tengah terbaiknya…
saya pilih No. 1 kang..
Hanya butuh konsistensi dari semua pihak kok.. Dan pilihn ini paling hemat biaya, krn segala sumber daya sdh siapa pakai kok, hanya kurang optimal saja.
Pemindahan Ibu kota hanya karena menghindari Jakarta, sangat mengenaskan >_<
Jakarta tidak untuk ditinggalkan tapi diperbaiki 😦
jakarta memang parah
aduh aku ga tinggal di jakarta
seharus ya bagaimana ya ?
membangun wadah dari segala kegiatan mulai bisnis sampai pemerintahaan apa memang harus terpusat di sebuah kota ?
aku dah 2 kali komentar kok ga bisa ya ?
Required fields are marked * ? apa nih maksudnya
membangun wadah dari segala pusat kegiatan baik bisnis sampai pemerintahaan apa harus terpusat dalam satu kota ya?
Keadaan Jakarta memang sudah sangat menyedihkan
Pagi ini, di tulisan ke 400 ku (new) aku meminta pendapatmu duhai sahabat 🙂
menarik
salam persahabatan
salam
itulah sebabnya saya sampai sekarang melum berniat untuk merantau ke jakarta
Kalau saya lebih memilih “Membangun ibukota negara dan pusat pemerintahan yang baru di luar wilayah Jakarta, sedangkan Jakarta dijadikan sebagai pusat bisnis.” untuk menangani masalah degradasi lingkungan hidup.
Saya heran di Indonesia ini, apa-apa semua berpatokan pada Jakarta baik pemerintahannya pusat bisnis, olahraga dll… Indonesia itu luas, kenapa ngga dikembangkan daerah lain di Indonesia